Kamu, yang tak lagi seperti dulu




Kamu ingat kapan pertama kali kita bertemu? Aku sangat ingat

Aku tidak pernah menyesal hadir dalam acara itu, yang ternyata mempertemukanku dengan bidadari seindah dirimu. Berawal dari saling pandang dan sedikit senyuman, tidak disangka tahun berganti justru membawa kita ke perbincangan yang lebih dalam sampai saling mengenal satu sama lain. Mungkin keputusanku gegabah untuk maju selangkah masuk ke hatimu. Kau menerimaku dengan penuh istimewa, dan aku takkan pernah menyesali itu.

Hari demi hari kita lalui bersama, dengan hati yang telah terisi olehmu. Aku sangat bangga dengan hubungan ini. Hubungan yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kuat menahan rindu dan sentuhan sentuhan kasih sayang. Ya, kita terpisah dalam jarak dan menyatu dalam doa. Semua berawal baik-baik aja saling mengerti dan memahami.

Ada satu keputusanku yang masih membuatku bingung apa aku harus kecewa atau tidak. Aku menyadari kehadiranku disisimu tidak bisa kupenuhi setiap saat. Aku mengizinkanmu membuka hati untuk orang lain yang ingin lebih dalam mengenalmu. Terlihat berat memang keputusanku, tapi aku lakukan agar kau tidak kesepian disana.

Perlahan semua berjalan baik-baik saja, kau menjanjikan banyak hal untukku dan masa depanku. Entah harus percaya atau tidak, akhirnya aku percaya dengan perkataanmu. Aku menjalani hari hari yang sulit disini, dikota yang berbeda dengan keberadaanmu. Sulit menahan rindu, ingin bertemu tapi tak bisa mencuri waktu. Kamu menenangkan hati, bersedia menungguku kembali kapanpun itu. Pertemuan kita hanya via sura, itupun hanya satu dua jam perhari.

Sayang, Kenapa kamu berubah? Bosan dengan jarak kota ikita atau jarak usia ini?
Setahun berlalu sejak aku dan kamu bersatu, semua berubah tidak lagi seperti dulu. Kau menuntutku memahami dirimu disana pun butuh teman lelaki, sudah aku pahami. Keputusanku dulu kamu salah gunakan, begitu banyak lelaki yang kau beri harapan dan keluar masuk hidupmu. Aku maklumi semua egomu, aku maklumi keadaanmu serta usiamu hingga detik ini agar kamu sadar siapa yang kamu sakiti dan siapa yang tidak menghargai.

Sayang, jarak ini bukan aku yang meminta. Tenanglah sayang ini hanya sementara. Aku hanya merajut masa depan disini, aku pasti kembali untukmu dengan membawakan sejuta masa depan yang pernah kita bicarakan.

Sayang, aku disini selalu setia denganmu. Menghargai siapa dirimu dihati ini. Aku pun tak punya teman lawan jenis yang begitu dekat agar menjaga perasaanku padamu. Aku tak perlu banyak pemberian darimu, hanya satu yang aku mau. Perlakukan aku seperti apa yang aku lakukan kepadamu.

Ingat lagi, hari yang kita lalui kala kita berjumpa. Setiap detik kita nikmati pertemuan kita, dan berharap masih ada masa kita bertemu kembali dan tak akan terlepas lagi.
Aku rindu khas kata-kata darimu “kamu bukan robot” kala aku terlalu sibuk dan lupa akan kesehatanku. Aku rindu kamu yang dulu, aku rindu sapaan hangatmu di pagi hari, aku rindu suara manjamu kala menjelang tidur, aku rindu pelukan hangat darimu, Aku rindu sambutanmu ketika aku pulang, aku rindu kamu.

Untukmu, yang Istimewa.
Share on Google Plus

About Unknown

Memiliki nama lengkap Muhammad Nurdin Mafatichul Fuadi. Menekuni dunia design grafis, web developer, dan penerbangan. Hobi fotografi dan travelling. Mengagumi seorang wanita istimewa selama 6 tahun tapi tidak berani mengungkapkan.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: